Feriansyach

Dimensi warga negara bukan hanya Hukum dan Politik, tetapi mencakup berbagai dimensi kehidupan sebagai warga negara (Feriyansyah)

Warga Negara Digital

Warga Negara Digital Melahirkan Budaya Kewarganegaraan Baru (Feriyansyah)
 

Mencabut Akar Kemiskinan, Menanam Karakter Keluhuran: Peran IPS

Kamis, 03 September 2015


Oleh Silvia Rahmelia*)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan manusia pada konsep-konsep teori terbarukan. Relevan dengan perkembangan zaman, konsep-konsep yang terbangun dalam teori baru semakin canggih dan secara otomatis menyebabkan teori-teori yang telah lama ada menjadi terbantahkan.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai bagian dari pohon ilmu yang bercabang dari filsafat, beriringan dengan ilmu alam dan ilmu humaniora, memiliki bidang kajian serta keilmuan tersendiri. Baik itu meliputi ciri-ciri spesifik layaknya aspek ontologi, epistimologi dan aksiologi-nya masing-masing maupun dalam output sudut pandang pemahaman terhadap suatu permasalahan sosial.
Colhoun memberi batasan mengenai definisi Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Science), yaitu:
“Social science is the study of the group behavior of families, factories churches, communities, nation, and other groups. It is also concerned with the behavior of individual people insofar as the influenced by their belonging to group.”
Maka dapat diartikan bahwa IPS ini merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang interaksi dalam suatu kelompok serta pengaruh yang ditimbulkan dari interaksi itu. Menindaklanjuti perkembangannya, bahwa para ilmuwan sosial tampak setuju dan menganggap perlu untuk mengkaji tentang berbagai cara manusia sosial berinteraksi. Karena tak dapat dipungkiri bahwa dalam kenyataannya manusia sosial itu merupakan suatu kompleksitas yang memiliki hakekat ‘multidimensional’. Sama halnya dalam struktur kajian IPS sendiri yang cenderung multidimensional.
IPS memiliki makna yang sangat luas sebagai akibat penggunaan istilah manusia sosial. Maka dalam rumpun ilmunya pun dibagi-bagi untuk memperjelas bidang kajian serta untuk tujuan efektifitas dan karakter yang spesifikatif. Djaldjoeni mengungkapkan bahwa dalam mengkaji tentang manusia, IPS menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan IPS adalah ilmu yang diorganisasikan secara sistematis dan dibangun melalui penyelidikan ilmiah dan direncanakan.
Selain dari corak keilmuannya yang universal, karakteristik objek kajian IPS yang bisa dikembangkan melalui pendekatan multidisiplin secara integratif menjadikan IPS dapat difungsikan untuk telaah masalah sosial budaya yang hakikatnya kompleks. Ciri dari pendekatan interdisipliner yang memerlukan kajian dari berbagai disiplin ilmu ini memudahkan IPS untuk dijadikan dasar pengembangan upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah sosial.
Mengkaji Masalah Kemiskinan
Mengambil sampel ‘kemiskinan’ sebagai salah satu topik permasalahan sosial, disadari betul bahwa isu kemiskinan dan ketidakmerataan ini mempunyai dampak negatif atas pembangunan dan integrasi nasional. Kemiskinan ini merupakan permasalahan sosial yang tidak mudah untuk ditanggulangi. Bahkan pemerintah sejak dekade 1990-an memunculkan kembali program pengentasan kemiskinan dan ketidakmerataan sebagai salah satu isu sentral dari perspektif pembangunan nasional. Ini menjadi bukti belum tuntasnya penanggulangan kemiskinan yang dicanangkan pemerintah tahun ke tahun.
Ketika mengkomparasikan pengentasan kemiskinan pada dekade 1990-an dengan keadaan sekarang ini, tidak banyak perubahan yang bisa dibanggakan. Salah satu buktinya, hingga sekarang bagian timur wilayah Indonesia masih belum dapat merasakan kemerataan dalam distribusi hampir dalam segala aspek dan kebutuhan. Hal itu bukan terjadi sekarang-sekarang, tetapi sejak dulu. Meski memang mungkin terdapat sedikit kemajuan dalam hal swadaya pangan di wilayah timur sana, tetap saja kemiskinan masih melekat bahkan menjadi identitas yang kontradiktif dari ‘kekayaan’ sumber daya ketimuran yang dimilikinya.
Pada dasarnya keberhasilan program pengentasan kemiskinan, sama seperti program pembangunan yang lain, terletak pada identifikasi akurat terhadap wilayah yang diindikasikan masuk dalam klasifikasi ‘miskin’. Dalam hal ini Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai disiplin ilmu dengan pendekatan interdisiplinernya mendapat ‘porsi’ untuk mengidentifikasi permasalahan kemiskinan dari beberapa sudut pandang keilmuan yang berbeda-beda dalam satu rumpun.


Dimulai dari analisis formulasi kebijaksanaan tadi, yaitu mengidentifikasi siapa yang miskin dan di mana mereka berada. Pertanyaan ini dijawab dengan beberapa pertimbangan berdasarkan objek
kajian ilmu masing-masing.

Masalah kemiskinan dapat dikaji melalui beberapa bidang ilmu yang serumpun dalam IPS.
 


1.                Sudut Pandang Ilmu Politik
Dari kacamata ilmu politik, aspek yang menjadi fokus penelitian ialah mengenai evaluasi kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan kemiskinan serta implementasi daripada aturan-aturan atau kebijakan yang sudah ada. Selain itu dibahas pula mengenai hal ihwal penguasa atau dalam ketatanegaraan kita ialah Presiden beserta jajarannya, dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan. Bagaimana kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah dapat memfasilitasi dalam upaya penanggulangan masalah kemiskinan.
2.                Sudut Pandang Ilmu Antropologi
Dari kacamata antropologi, bisa dirumuskan mengenai keterkaitan kemiskinan dengan perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas semua aspek biologis manusia dan perilakunya di masyarakat. Dengan mengetahui pola perilaku manusia ini, diharapkan dapat menentukan arah dari upaya yang tepat dalam penanggulangan kemiskinan, sesuai tata pergaulan di masyarakat.
3.                    Sudut Pandang Ilmu Sosiologi
Pada rumpun ilmu Sosiologi, kemiskinan ini bisa dianalisis dari elemen norma, tradisi, keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Misalnya saja mengkaji dari rumusan masalah ‘sejauh mana internalisasi nilai dan norma kemasyarakatan terimplementasikan, hingga menimbulkan cerminan perilaku malas berusaha dan terindikasi menjadi  akar dari kemiskinan?’.
4.                  Sudut Pandang Ilmu Ekonomi
Kemudian dalam bidang ekonomi, sudah jelas bahwasannya kemiskinan ini disebabkan oleh ketidakmerataan distribusi kebutuhan pokok. Selain itu terbatasnya lapangan pekerjaan sebagai akibat tingkat pendidikan yang rendah, yang dimiliki masyarakat, sehingga penghasilan tidak sebanding dengan kebutuhan yang beranjak meningkat.
Salah satu gagasan solutif bisa melalui fungsionalisasi sumber daya yang ada di masyarakat secara swadaya. Akomodasinya dengan menghidupkan usaha-usaha kecil dibantu modal koperasi diiringi dengan bimbingan pengelolaan sistem manajerial secara bertahap.
5.                  Sudut Pandang Ilmu Geografi
Dalam kacamata geografi, kemiskinan ini dapat ditelaah dari segi wawasan dalam ruang dan persepsi relasi antargejala. Geografi yang berisikan pemahaman akan orientasi bumi sebagai tempat tinggal, proyeksinya meliputi semua unsur ruang yaitu arah, jarak, luas, dan bentuk. Kemudian ditambah pengamatan dan pemahaman hubungan antargejala yang terdapat dalam suatu bentang alam. Kemiskinan yang terkotak-kotak di satu wilayah terpencil dan terisolir bisa ditanggulangi dengan mengakar pada konten keilmuan geografi.
6.                Sudut Pandang Ilmu Sejarah
Sementara itu dalam ilmu sejarah, berangkat dari sifat ilmunya sendiri bahwa sejarah pada dasarnya melekat pada tiap benda, tiap mahluk, baik yang hidup dan tidak hidup, tiap fenomena di alam raya ini. Dimensi kesejarahan menuntut manusia untuk selalu melakukan pembaharuan dan berupaya mencapai kemajuan. Dengan sejarah, manusia menjadi tahu dan mengenal siapa diri mereka dan bagaimana mereka sekarang ini.
Kemiskinan sebagai salah satu aspek permasalahan sosial memiliki dimensi proses, peristiwa dan waktu. Dari pengalaman-pengalaman yang telah ada sebelumnya, manusia dapat belajar untuk mengembangkan diri dengan mengupayakan usaha-usaha maksimal. Serta dengan belajar dari proses perubahan dari peristiwa-peristiwa terdahulu untuk mengupayakan penanggulangan masalah kemiskinan ini.
            Objek kajian yang juga tampak bersinggungan dengan permasalahan kemiskinan ini ialah bidang ilmu Psikologi Sosial. Psikologi Sosial ini merupakan satu irisan disiplin ilmu yang terbilang baru dalam rumpun ilmu sosial. Bidang ini mengkaji tentang tingkah laku manusia dalam mengatasi fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial.
            Dengan adanya Psikologi Sosial ini masyarakat mampu menilai dan memprediksi tingkah laku dalam kehidupan sosial. Masyarakat dapat membentuk pribadi melalui refleksi atas lingkungannya dengan lingkungan lain. Dari pengetahuan akan tingkah laku manusia, kemiskinan dapat semakin jelas terbaca akar permasalahannya. Dengan menggabungkan seluruh sudut pandang dalam rumpun ilmu sosial, permasalahan sosial ini dapat terselesaikan dengan tahapan-tahapan yang sistematis, profesional, dan terintegrasi.
Pendidikan Kewarganegaraan dalam IPS
            Selain dari pada perannya dalam mengentaskan masalah-masalah sosial, IPS ini begitu unik sekaligus kompleks. IPS memiliki tugas berat untuk mempersiapkan dan mendidik individu untuk hidup dengan keseimbangan pemahaman antara ikatan inter dan intrapersonalnya. IPS memerankan peran signifikan dalam mengarahkan dan membimbing manusia Indonesia agar memiliki nilai-nilai dan perilaku demokratis, memahami dan peka terhadap permasalahan sosial di lingkungan sekitar, memahami dan bertanggungjawab terhadap tugasnya sebagai bagian dari masyarakat global yang interdependen.
            Salah satu misi IPS adalah mentransmisikan nilai-nilai keluhuran yang telah menjadi warisan budaya bangsa dalam proses pembelajaran. Nilai-nilai ini bukan hanya dibelajarkan saja, akan tetapi lebih jauh lagi diharapkan dapat memfasilitasi individu terutama peserta didik untuk memahami, menganalisis, dan menginternalisasikan nilai-nilai tersebut hingga akhirnya peserta didik menjadi individu yang utuh.
            Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah bagian dari batang tubuh ilmu sosial, lebih tepatnya ilmu politik. Ilmu politik ini lebih lanjut memiliki satu objek kajian khusus, yaitu bidang Demokrasi Politik. Sejalan dengan perkembangan kehidupan politik dan ketatanegaraan Indonesia, menurut Azis Wahab (2006), peran Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) ialah untuk menghasilkan karakter warganegara yang baik (to be smart and good citizen). Dengan berkembangnya konten dari Ilmu Pengetahuan Sosial, secara otomatis memperluas objek kajian dari Social Studies sendiri. Sifat dari IPS sendiri bersinggungan erat dengan Pendidikan Kewarganegaraan yang notabene mengemban tugas sebagai pencetak karakter manusia Indonesia.
            Lalu bagaimana cara PKn dengan nafas sosialnya, ikut serta memecahkan permasalahan sosial yang ada dan mengembalikan lagi harkat martabat bangsa Indonesia yang berbudaya luhur?
            Secara sistematis dan konseptual, berawal dari tahap pemahaman, individu mengetahui dan memahami nilai moral yang semestinya diterapkan dalam interaksi sosial. Beranjak ke tahapan penghayatan, setelah itu individu mulai memiliki kecenderungan bersikap, sehingga sampai pada tindakan moral dalam bentuk interaksi sosial yang positif. Tentu disini jelas adalah peran PKn dalam mengembangkan upaya internalisasi nilai moral, dan menghantarkan individu sebagai warga negara pada tahapan-tahapan dalam membentuk interaksi sosial yang baik melalui pembelajaran PKn itu sendiri.
            Merekatkan paradigma mengenai peran IPS dalam membangun harkat dan martabat bangsa, dapat kita amati dari keberagaman sudut pandang rumpun ilmu-ilmu sosial dalam menganalisis masalah kemiskinan. Keseluruhan sudut pandang tersebut dapat diramu dan dikaji secara terintegrasi untuk menghasilkan gagasan solutif dalam penanggulangan masalah kemiskinan. Kemudian lagi sudah jelas peran IPS dengan cabang ilmu Pendidikan Kewarganegaraan-nya, turut andil dalam mencetak individu (warga negara) Indonesia yang berkarakter, berbudaya luhur, selaras dengan jati diri Pancasila sehingga dapat menjadi komponen/elemen yang tidak kalah penting dalam membangun serta meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.


*) Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Comment as a good and Smart Digital Citizens, "say no to plagiat"

Lorem

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.

Ipsum

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.

Dolor

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.