Feriansyach

Dimensi warga negara bukan hanya Hukum dan Politik, tetapi mencakup berbagai dimensi kehidupan sebagai warga negara (Feriyansyah)

Warga Negara Digital

Warga Negara Digital Melahirkan Budaya Kewarganegaraan Baru (Feriyansyah)
 

Fenomena Kelemahkarsaan Masyarakat Indonesia

Selasa, 12 Januari 2016



Oleh 

Feriyansyah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal dan obsesi agar dapat mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Manusia terus belajar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan  keahlian yang dimiliki untuk menciptakan teknologi. Teknologi ini bertujuan mempermudah pekerjaan manusia dalam mencapai kejayaan dalam hidup.  Dengan teknologi ini manusia dapat memaksimalkan hasil dari pekerjaannya.
Untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dimasa depan, manusia wajib memiliki karsa yang kuat dalam dirinya.  Karsa dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai  daya kekuatan jiwa yang mendorong makhluk hidup untuk berkehendak (kehendak/niat). Sehingga karsa menjadi sumber energi bagi manusia dalam bertindak ataupun berkehendak. karsa juga menjadi stimulus bagi manusia dalam membangun suatu peradaban yaitu peradaban Indonesia.
Saat ini tengah terjadi fenomena Kelemahkarsaan Masyarakat Indonesia. Kelemahkarsaan masyrakat Indonesia terlihat dari berbagai fenomena yang terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia, contohnya : seperti hidup santai, tidak gigih bekerja, malas belajar, ketidak tertiban bahkan sampai fenomena ingin cepat kaya tanpa bekerja sehingga terjadinya Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Hal ini yang memberikan kesan bahwa masyarakat kita tidak memiliki etos kerja yang tinggi. Myrdal mengatakan kelamahkarsaan sebagai soft culture atau dalam bahasa Indonesia dapat dimaknai kurang gigih bekerja.
Fenomena Kelemahkarsaan pada suatu masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor alam dan lingkungan masyarakat tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan Arnold Toynbetentang repon manusia terhadap kondisi alam lingkungannya.  Challenge (tantangan dari alam) dan Respon (dari Manusia). Toynbe mengatakan “apabila challenge dari alam itu terlalu tinggi maka respon dari manusianya akan kecil. kemudian, apabila challenge dari alam terlalu kecil maka respon dari manusia akan kecil. Terkahir apabila Chalenge dari alam sedang maka respon manusianya akan besar.  Dari apa yang dikatakan Toynbe maka Indonesia masuk dibagian mana?
Menurut penulis Indonesia masuk dalam tipe yang kedua yaitu “challenge” dari alam Indonesia sangat kecil karena Sumber Daya Alam Indonesia sangat memanjakan masyarakat Indonesia, sehingga orang-orang Indonesia cukup dimanjakan oleh kondisi alam. Sebagai contoh dari berbagai kasus kurang gizi yang terjadi karena masyrakat Indonesia tidak mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada disekitarnya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Contoh : dalam kasus mal nutrisi (kasus susu yang mahal) bayi Indonesia kekurangan gizi karena orang tua mereka tidak mampu membeli susu bayi. Padahal orang tua mereka memiliki hewan ternak berupa sapi atau kambing. tetapi karena ketidaktahuan ditambah dengan kelemahkarsaan kita tidak mau memerah susu sapi atau kambing utntuk diberikan kepad bayi kita. Padahal susu hewan baik itu kambing dan sapi mengandung gizi dan nutrisi yang sangat dibutuhkan bayi dalam masa pertumbuhan.   
Sebagaimana dikatakan Toynbe Pemanjaan dari Alam ini yang  membuat reposn dari orang Indonesia kecil. Respon ini dapat berupa kegigihan dalam memenuhi kebutuhan, mengembangkan  kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola Sumber Daya Alam (potensi). Contoh yang lain seperti anak-anak di pesisir yang cukup mencari kepiting di sekitar lingkungan atau desanya untuk mendapatkan uang. Kalau kita asumsikan dia mendapat tiga ekor kepiting kemudian di jual sudah cukup untuk membeli sesuatu yang dia inginkan sehingga muncul bahwa tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan uang. Hal ini berdampak juga dengan kegigihan belajar disekolah karena dia merasa tidak butuh ilmu yang disekolah karena dengan mencari kepiting sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan.

Sifat-sifat Kelemahkarsaan
Kelemah-karsaan memiliki beberapa sifat-sifat yang dapat kita lihat yang muncul dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. diantara sifat-sfat itu adalah sebagai berikut :


Tidak memiliki sifat Strive for exelent
Strive for Exelent dapat diartikan sebagai usaha/ kerja keras untuk mencapai sebuah kesempurnaan. Sifat ini menunjukkan bahwa masyarakaT yang lemah karsa tidak memiliki ambisi untuk mencapai kesempurnaan dalam mengerjakan sesuatu. Sehingga hasil kerja hanya untuk memnuhi syarat saja tetapi tidak berusaha dan bekerja keras untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan.
Hidup dalam suasana santai
Karena alam masih memanjakan masyarkat tersebut sehingga masyarakat tersebut hidup dalam suasana santai. Tidak perlu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan. Cukup memberdayakan apa yang ada tanpa ada usaha lebih untuk mengembangkan. Sehingga hidup dalam suasana santai tidak gigih dalam bekerja sehingga terus dilenakan oleh waktu.
Tidak memiliki Growth Phloshopy
Sifat ni memberikan contoh bahwa masyarakat yang lemah karsa tidak mengetahui hakikat hidupnya dan berdapak terhadap visi dalam hidup sehingga hdup dalam keadaan yang apa adanya yang penting cukup untuk makan, malas belajar, tidak kreatif hanya menerima sesuatu yang terjadi.
Cepat menyerah
Dalam masyarakt yang lemah karsa juga ditandai dengan munculnya sifat Cepat Menyerah. Sifat cepat menyerah ini sangat berbahaya ketika sudah muncul dalam masyarakat karena pasti akan menimbulkan sikap pesismis tidak mau belajar dari kegagalan.  Sehingga masyarakat tersebut tidak memiliki daya juang yang tinggi.
Lamban
Kita coba perhatikan bagaimana orang-orang jepang berjalan, Orang Jepang itu berjalan cepat karena dia tidak mau lamban atau menghabiska waktu dengan sia-sia. Mereka akan memanfaatkan waktu yang mereka miliki dengan seoptimal mungkin. Sehingga hal ini nampak dari gaya berjalan orang jepang yang buru-buru malu untuk terlambat ke tempat kerja, kesekoah dan berjanji dengan orang lain.  Cepat bukan berarti percepatan tetapi berkembang sesuai dengan waktunya sehingga optimal.
Selalu di ombang-ambingkan oleh faktor eksternal
Manusia sagat dipengaruhi oleh lingkungannya dapat dikatakan manusia merupakan perwujudan dari lingkungan hidupnya. Masyarakat yang lemah karsa dapat dengan mudah dipengaruhi faktor-faktor eksternal yang dapat mengecoh tujuan hidupnya sehingga tidak fokus untuk menggapainya. Keteguhan hati tidak mudah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat mengecoh tujuan dar hidupnya.
Berpaling keakhirat
Sifat yang terakhir yang dapat dilihat dari masyarakat yang lemah karsa bahwa masyarakat tersebut berpaling ke akhirat. Jadi orientasi hidup tidak seimbang antara beribadah dan bekerja sehingga masyarakat yang lemah karsa antara ikhtiar dan doa tidak seimbang. Mengakibatkan munculnya ikhtiar yang hanya sekedarnya saja tanpa ada motivasi bahwa bekerja juga dalam rangka beribadah kepada Tuhan.
Penutup
Kelemahkarsaan bukan merupakan sebuah sifat yang diturunkan secara genetik. Sehingga kelemahkarsaan ini bisa diatasi dengan “character Building” . sehingga menjadi suatu keharusan kita keluar dari zona nyaman kita untuk berjuang lebih keras untuk mencapai hal yang lebih besar. Ketika kelemahkarsaan bisa dihilangkan dari dalam diri orang Indonesia, maka Indonesia akan mencapai masa kejayaan sehingga masyarakat Indonesia menuju Perdaban Indonesia.

Penulis merupakan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan (FIP Unimed)

The Writer is a Lacterer at Education Science Faculty in The  State University of  Medan 







0 komentar:

Posting Komentar

Comment as a good and Smart Digital Citizens, "say no to plagiat"

Lorem

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.

Ipsum

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.

Dolor

Please note: Delete this widget in your dashboard. This is just a widget example.