DALIL :
Menempatkan Perbedaan Agama melalui Literatur Anak : Kelas “Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing“ di Israel
Diterjemahkan
dari Artikel Addressing
Religious Diversity Through Children’s Literature: An “English as
a Foreign Language” Classroom in Israel
karya : Rawia Hayik (Fakultas Pendidikan Guru Universitas Sakhin Israel)
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendidikan
Keantarbudayaan
Dosen
Pengampu :
Prof.
Dr.
Karim Suryadi, M.Si.
Oleh
Silvia Rahmelia
Mahasiswa Magister Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
- Identitas Jurnal
- Journal of Multicultural Education
- Vol.17 No.2 hlm.92-106
- Copyright © 2015
- Founded&Published by Eastern University Co-Sponsored by Yonsei University
- Terindeks Scopus dengan keterangan Q2 (Kualifikasi Baik dari indeks Q1-Q4) menurut sumber scimagojr.com
- ISSN 1934-5267
- Identitas Artikel
- Judul : Addressing Religious Diversity Through Children’s Literature: An “English as a Foreign Language” Classroom in Israel
- Oleh : Rawia Hayik (Fakultas Pendidikan Guru Universitas Sakhin Israel)
- Pengantar
Artikel
dalam jurnal Pendidikan Multikultur ini memunculkan permasalahan
antar dua kelompok agama di Israel, yaitu Muslim dan Kristiani.
Menurut penulis sekaligus peneliti, temuan penelitian dan fakta yang
terkandung dalam artikel ini tidak dapat digeneralisasikan ke dalam
situasi politik yang sedang terjadi di Israel. Meskipun memang
demikian adanya, penelitian ini secara spesifik membahas salah satu
tema dalam Pendidikan Multikultur, yakni ‘strategi pembelajaran
yang tidak diskriminatif’.
Sebuah
filosofi dalam Pendidikan Multikulturalisme condong kepada perbedaan
ras, kultur, gender, dan kesederajatan bagi penyandang disabilitas.
Namun bukan hanya itu, budaya mesti dipahami secara luas termasuk
koeksidensi antara agama dikarenakan konflik wilayah. Hal ini
termasuk pada kajian Pendidikan Multikultural atau Pendidikan
Keantarbudayaan karena mencermati keadaan bahwa semakin hari setiap
orang dituntut untuk sadar bahwa keberagaman mesti ditanggapi secara
positif. Kesederajatan harus pula mencerminkan apresiasi yang sama
terhadap manusia.
Pada
akhirnya keanekaragaman yang berakar pada perbedaan tetap harus
menciptakan kedamaian. Diawali dengan mengidentifikasi persamaan yang
ada, maka permasalahan kemajemukan bisa diatasi. Seperti dibahas
dalam artikel ini, Rawa Hayik sebagai guru mencermati kesamaan siswa
tentang keharusan mempelajari Bahasa Inggris dan mencoba
menginternalisasikan nilai-nilai perdamaian melalui slogan.
Dalil
1. Apabila persoalan perbedaan agama terus tercermin dalam pertentangan, maka anak-anak selamanya tidak akan paham arti perdamaian.
2. Jika perbedaan ritual keagamaan merefleksikan ketentraman, maka berbeda agama bukanlah perang
3. Apabila pemisahan demografis tetap ada, keberagamanakan tetap tabu adanya.
4. Jika berangkat dari persamaan, maka perbedaan akan bertransformasi menjadi sesuatu yang komplementer.
5. Apabila anak belajar memahami perbedaan agama, ia akan bertindak peduli dan toleran.
Dalil
1. Apabila persoalan perbedaan agama terus tercermin dalam pertentangan, maka anak-anak selamanya tidak akan paham arti perdamaian.
2. Jika perbedaan ritual keagamaan merefleksikan ketentraman, maka berbeda agama bukanlah perang
3. Apabila pemisahan demografis tetap ada, keberagamanakan tetap tabu adanya.
4. Jika berangkat dari persamaan, maka perbedaan akan bertransformasi menjadi sesuatu yang komplementer.
5. Apabila anak belajar memahami perbedaan agama, ia akan bertindak peduli dan toleran.
0 komentar:
Posting Komentar
Comment as a good and Smart Digital Citizens, "say no to plagiat"