Oleh
Feriyansyah
Manusia merupakan makhluk yang memiliki akal dan obsesi agar dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan untuk kehidupan yang lebih baik dimasa depan. Manusia terus
belajar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahlian yang dimiliki untuk menciptakan teknologi.
Teknologi ini bertujuan mempermudah pekerjaan manusia dalam mencapai kejayaan
dalam hidup. Dengan teknologi ini
manusia dapat memaksimalkan hasil dari pekerjaannya.
Untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik dimasa depan, manusia wajib memiliki
karsa yang kuat dalam dirinya. Karsa
dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai daya kekuatan jiwa yang mendorong makhluk
hidup untuk berkehendak (kehendak/niat). Sehingga karsa menjadi sumber energi
bagi manusia dalam bertindak ataupun berkehendak. karsa juga menjadi stimulus
bagi manusia dalam membangun suatu peradaban yaitu peradaban Indonesia.
Saat ini tengah terjadi fenomena Kelemahkarsaan Masyarakat Indonesia.
Kelemahkarsaan masyrakat Indonesia terlihat dari berbagai fenomena yang terjadi
ditengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia, contohnya : seperti hidup
santai, tidak gigih bekerja, malas belajar, ketidak tertiban bahkan sampai
fenomena ingin cepat kaya tanpa bekerja sehingga terjadinya Korupsi Kolusi dan
Nepotisme. Hal ini yang memberikan kesan bahwa masyarakat kita tidak memiliki
etos kerja yang tinggi. Myrdal
mengatakan kelamahkarsaan sebagai soft
culture atau dalam bahasa Indonesia dapat dimaknai kurang gigih bekerja.
Fenomena Kelemahkarsaan pada suatu masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor
alam dan lingkungan masyarakat tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan Arnold Toynbetentang repon manusia
terhadap kondisi alam lingkungannya. Challenge
(tantangan dari alam) dan Respon
(dari Manusia). Toynbe mengatakan
“apabila challenge dari alam itu
terlalu tinggi maka respon dari
manusianya akan kecil. kemudian, apabila challenge
dari alam terlalu kecil maka respon dari
manusia akan kecil. Terkahir apabila Chalenge
dari alam sedang maka respon manusianya
akan besar. Dari apa yang dikatakan Toynbe maka Indonesia masuk dibagian mana?
Menurut penulis Indonesia masuk dalam tipe yang kedua yaitu “challenge” dari alam Indonesia sangat
kecil karena Sumber Daya Alam Indonesia sangat memanjakan masyarakat Indonesia,
sehingga orang-orang Indonesia cukup dimanjakan oleh kondisi alam. Sebagai
contoh dari berbagai kasus kurang gizi yang terjadi karena masyrakat Indonesia
tidak mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang ada disekitarnya untuk
memenuhi kebutuhan gizi. Contoh : dalam kasus mal nutrisi (kasus susu yang
mahal) bayi Indonesia kekurangan gizi karena orang tua mereka tidak mampu
membeli susu bayi. Padahal orang tua mereka memiliki hewan ternak berupa sapi
atau kambing. tetapi karena ketidaktahuan ditambah dengan kelemahkarsaan kita
tidak mau memerah susu sapi atau kambing utntuk diberikan kepad bayi kita.
Padahal susu hewan baik itu kambing dan sapi mengandung gizi dan nutrisi yang
sangat dibutuhkan bayi dalam masa pertumbuhan.
Sebagaimana dikatakan Toynbe Pemanjaan dari Alam ini yang membuat reposn dari orang Indonesia kecil.
Respon ini dapat berupa kegigihan dalam memenuhi kebutuhan, mengembangkan kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola
Sumber Daya Alam (potensi). Contoh yang lain seperti anak-anak di pesisir yang
cukup mencari kepiting di sekitar lingkungan atau desanya untuk mendapatkan
uang. Kalau kita asumsikan dia mendapat tiga ekor kepiting kemudian di jual
sudah cukup untuk membeli sesuatu yang dia inginkan sehingga muncul bahwa tidak
perlu bekerja keras untuk mendapatkan uang. Hal ini berdampak juga dengan
kegigihan belajar disekolah karena dia merasa tidak butuh ilmu yang disekolah
karena dengan mencari kepiting sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan atau
keinginan.
Sifat-sifat Kelemahkarsaan
Kelemah-karsaan
memiliki beberapa sifat-sifat yang dapat kita lihat yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat. diantara sifat-sfat itu adalah sebagai berikut :
Tidak memiliki sifat Strive for exelent
Strive for
Exelent dapat diartikan sebagai usaha/ kerja keras untuk mencapai sebuah
kesempurnaan. Sifat ini menunjukkan bahwa masyarakaT yang lemah karsa tidak
memiliki ambisi untuk mencapai kesempurnaan dalam mengerjakan sesuatu. Sehingga
hasil kerja hanya untuk memnuhi syarat saja tetapi tidak berusaha dan bekerja
keras untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan.
Hidup dalam suasana santai
Karena alam
masih memanjakan masyarkat tersebut sehingga masyarakat tersebut hidup dalam
suasana santai. Tidak perlu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan. Cukup
memberdayakan apa yang ada tanpa ada usaha lebih untuk mengembangkan. Sehingga
hidup dalam suasana santai tidak gigih dalam bekerja sehingga terus dilenakan
oleh waktu.
Tidak memiliki Growth Phloshopy
Sifat ni
memberikan contoh bahwa masyarakat yang lemah karsa tidak mengetahui hakikat
hidupnya dan berdapak terhadap visi dalam hidup sehingga hdup dalam keadaan
yang apa adanya yang penting cukup untuk makan, malas belajar, tidak kreatif
hanya menerima sesuatu yang terjadi.
Cepat menyerah
Dalam masyarakt
yang lemah karsa juga ditandai dengan munculnya sifat Cepat Menyerah. Sifat
cepat menyerah ini sangat berbahaya ketika sudah muncul dalam masyarakat karena
pasti akan menimbulkan sikap pesismis tidak mau belajar dari kegagalan. Sehingga masyarakat tersebut tidak memiliki
daya juang yang tinggi.
Lamban
Kita coba
perhatikan bagaimana orang-orang jepang berjalan, Orang Jepang itu berjalan
cepat karena dia tidak mau lamban atau menghabiska waktu dengan sia-sia. Mereka
akan memanfaatkan waktu yang mereka miliki dengan seoptimal mungkin. Sehingga
hal ini nampak dari gaya berjalan orang jepang yang buru-buru malu untuk
terlambat ke tempat kerja, kesekoah dan berjanji dengan orang lain. Cepat bukan berarti percepatan tetapi
berkembang sesuai dengan waktunya sehingga optimal.
Selalu di ombang-ambingkan oleh faktor eksternal
Manusia sagat
dipengaruhi oleh lingkungannya dapat dikatakan manusia merupakan perwujudan
dari lingkungan hidupnya. Masyarakat yang lemah karsa dapat dengan mudah
dipengaruhi faktor-faktor eksternal yang dapat mengecoh tujuan hidupnya
sehingga tidak fokus untuk menggapainya. Keteguhan hati tidak mudah dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang dapat mengecoh tujuan dar hidupnya.
Berpaling keakhirat
Sifat yang
terakhir yang dapat dilihat dari masyarakat yang lemah karsa bahwa masyarakat
tersebut berpaling ke akhirat. Jadi orientasi hidup tidak seimbang antara
beribadah dan bekerja sehingga masyarakat yang lemah karsa antara ikhtiar dan
doa tidak seimbang. Mengakibatkan munculnya ikhtiar yang hanya sekedarnya saja
tanpa ada motivasi bahwa bekerja juga dalam rangka beribadah kepada Tuhan.
Penutup
Kelemahkarsaan
bukan merupakan sebuah sifat yang diturunkan secara genetik. Sehingga
kelemahkarsaan ini bisa diatasi dengan “character
Building” . sehingga menjadi suatu keharusan kita keluar dari zona nyaman
kita untuk berjuang lebih keras untuk mencapai hal yang lebih besar. Ketika
kelemahkarsaan bisa dihilangkan dari dalam diri orang Indonesia, maka Indonesia
akan mencapai masa kejayaan sehingga masyarakat Indonesia menuju Perdaban
Indonesia.
Penulis merupakan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan (FIP Unimed)
The Writer is a Lacterer at Education Science Faculty in The State University of Medan
0 komentar:
Posting Komentar
Comment as a good and Smart Digital Citizens, "say no to plagiat"